Posisi China Era Kontemporer
Posisi China dalam hubungan internasional sangat
berpengaruh, selain menjadi satu satunya perwakilan dari Asia yang memiliki hak
veto di Dewan Keamanan (DK) PBB, China juga sekarang ini menjadi negara
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat. Posisi China dalam hubungan
internasional dewasa ini dapat dilihat dari berbagai aspek;
Ekonomi dan Politik
Sejak berakhirnya perang saudara di China yang berlangsung
cukup lama sekitar tiga dekade lebih, dimana transformasi kekuasaan di China
terus berlanjut hingga perang dingin muncul –antara blok Barat dan blok Timur
–secara tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan politik di negeri tirai
bambu tersebut. Perebutan kekuasaan antara golongan nasionalis China dengan
komunis sebagai bukti kuatnya pengaruh perang dingin dalam konflik politik di
China pada waktu itu. Golongan nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai-Shek
berasal dari partai Kuomintang (KMT) mencoba untuk menghapuskan komunis dari
sendi-sendi kehidupan sosial China. Upaya penghapusan komunis tersebut gagal
dilakukan Chiang dan serontak membuat perlawanan oleh golongan komunis yang
pada waktu itu dipimpin oleh Mao Zedong dengan memobilisasi petani dan buruh untuk
melawan Chiang. Propaganda yang dilakukan Mao terhadap para petani adalah dengan
menghapus kepemilikan tanah kaum konglomerat. Propaganda ini berhasil lantaran
kaum petani pada waktu itu sebagian besar bekerja untuk tuan tanah yang diberi
upah sedikit. Seketika itu pula anggota Partai Komunis China mayoritas berasal
dari kaum petani dan buruh.
Setelah perang saudara berlangsung lama antara partai
Kuomintang (KMT) dengan Partai Komunis China (PKC) dan akhirnya dimenangkan
oleh Partai Komunis China (KMC) dengan merebut kota besar yaitu Beijing. Pada tanggal
1 Oktober 1949 Mao memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China (RRC) dengan
Beijing sebagai ibu kotanya. Sedangkan para simpatisan partai Kuomintang mulai
menjauhi wilayah kekuasaan RRC dan kemudian petinggi Kuomintang (Chiang
Kai-shek) melarikan diri ke Taiwan. Karena pengaruh Chiang kuat di wilayah itu,
maka Chiang kemudian mendirikan Negara Taiwan dengan pemerintahan demokratis
jauh berbeda dengan China yang komunis. Akan tetapi China yang dipimpin oleh
Mao tetap memasukkan Taiwan sebagai salah satu dari provinsinya, dan mereka
menyebut Taiwan sebagai Provinsi yang membangkang (Renegade Province).
Setelah pemerintahan China terbentuk dengan dipimpin
oleh Partai Komunis China (PKC), maka sistem pemerintahan yang digunakan adalah
pemerintahan komunis, begitupula dengan sistem ekonominya yaitu sosialis dengan
karakter China. Dibawah kekuasaan Mao, berbagai kebijakan telah ditempuh yang
tujuannya untuk memperbaiki sistem ekonomi China pasca terlibat perang saudara
dengan KMT maupun dengan Jepang. Nasionalisasi perusahaan swasta dilakukannya
untuk menggenjot pertumbuhan sektor industri, serta kebijakan yang terkenal
adalah pembentukan serikat tani di desa-desa. Kebijakan tersebut tidak membawa
kemajuan di China, sampai pada meninggalnya Mao tahun 1976 dilanjutkan oleh
kepemimpinan Deng Xiao Ping.
Deng kemudian menerapkan kebijakan yang secara ideologi
bertentangan dengan ide-ide Mao, yaitu meliberalisasi perekonomian China tetapi
tetap menjaga sosialisme China yang digariskan oleh pemimpin sebelumnya (Mao
Zedong). Kebijakan liberalisasi ekonomi itu menuai banyak kecaman khususnya
yang datang dari golongan konservatif komunis. Kecaman tersebut kemudian
ditanggapi dengan dingin oleh Deng.
Liberalisasi ekonomi China membawa perubahan cukup
signifikan, hal ini karena investasi asing langsung yang diterapkan China telah
membuka industri-industri baru yang diimbangi dengan tersedianya pekerja/buruh
dengan jumlah banyak. Tidak hanya modal yang datang ke China setelah
meliberalisasikan ekonomi tetapi juga teknologi modern dari Barat juga masuk ke
China, hal ini mendorong terjadinya transformasi teknologi.
Transformasi teknologi ini terbukti dengan berdirinya
perusahaan-perusahaan milik negara maupun swasta yang bergerak dibidang
tekonologi. Ekspor China ke luar berupa produk-produk industri seperti tekstil,
peralatan elektronik, sebagian produk pertanian dan sisanya bahan kimia. Selain
bergerak dibidang industri, China juga bergerak di bidang jasa sebagai
pendapatan terbesar kedua setelah sektor industri, disusul dengan pertanian. Sektor
jasa seperti angkutan, asuransi, transportasi, wisata, royalti dan lain
sebagainya. Pusat jasa dan perdagangan yang paling terkenal di China ialah di
Hongkok, dan wilayah ini menyumbang pemasukan terbesar dari sektor jasa.
Geopolitik
Aspek ini muncul setelah kekuatan ekonomi China
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sehingga meningkatkan pendapatan
negara. Karena pendapatan negara yang tinggi ini, mendorong China untuk
memperkuat pertahanannya. Hal ini dikarenakan: Pertama, ambisi China
untuk menguasai wilayah Laut China Selatan yang sejak dulu diperebutkannya oleh
Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selain karena
wilayah LCS menyimpan banyak gas dan minyak bumi, tujuan China melakukan
penguasaan terhadap wilayah ini karena untuk melancarkan kepentingannya yaitu
jalur perdagangan, banyak kapal-kapal besar dan kapal perang melewati laut
China Selatan ini yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Afrika. Kedua, upaya penguatan pertahanan yang dilakukan China selain untuk
melancarkan kepentingannya di LCS juga untuk menjaga kedaulatannya sekaligus
menjadi “penyeimbang” kekuatan AS di Asia.
Kesimpulan
Jadi, posisi China dalam hubungan internasional sangat
strategis dan berpengaruh tidak hanya bagi kawasan melainkan juga global. Hal
ini bisa dilihat dari tiga aspek, yaitu Ekonomi, politik dan geopolitik. Aspek ekonomi
dan politik berkaitan dengan ideologi dan sistem pemerintahan China yaitu
komunis-sosialis China. Dimana kebijakan pemerintah –terutama dibidang ekonomi
–di bawah partai komunis China telah menjadikan China sebagai bangsa yang kuat,
dari segi sosial, politik maupun ekonominya. China menguasai hampir perdagangan
di dunia melalui ekspornya ke negara-negara maju maupun berkembang. Ekspor
China berupa produk elektronik, telekomunikasi, baja, dan sebagian produk
pertanian. Sedangkan aspek yang terakhir yaitu geopolitik, aspek ini melihat
pengaruh China diluar kawasan. Dalam aspek geopolitik, China lebih agresif
terutama menyangkut LCS. China memasukkan LCS ke wilayah teritorialnya,
tujuannya selain penguasaan terhadap kekayaan alamnya juga untuk menjaga lalu
lintas perdagangan. Geopolitik juga menyangkut posisinya sebagai “penyeimbang”
dari kekuatan AS di wilayah Asia.
Komentar
Posting Komentar