Di Balik Pesatnya Pertumbuhan Ekonomi China
Dewasa ini pertumbuhan ekonomi di Asia sangat pesat,
berbeda dengan perekonomian di Uni Eropa yang terpuruk akibat krisis ekonomi di
Yunani. Indonesia dan sejumlah Negara Asia lainnya menikmati dampak krisis
ekonomi Eropa, para investor mengalihkan uangnya sebagian besar ke
negara-negara di Asia. Oleh karena itu, wajar jika sekarang ini Indonesia masuk
kedalam kategori negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan bergabung
dalam keanggotaan G-20.
Tidak hanya Indonesia, negara yang tak kalah penting untuk
diperhatikan pertumbuhan ekonominya adalah China. Negeri yang dijuluki tirai
bambu tersebut menduduki peringkat ke-2 setelah Amerika dengan pertumbuhan
ekonominya mencapai 14,9% pada Tahun 2014 lalu. Pertumbuhan ekonomi ini
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya dengan meningkatkan investasi guna
menggenjot perekonomian dalam negeri, upaya ini dilakukan dengan cara
menurunkan suku bunga. Hingga sekarang ini China telah menurukan suku bunga
dari periode sebelumnya, misalnya suku bunga China pada awal tahun 2015
menurunkan suku bunganya dari 5.600% menjadi 5,350 %.
Dari faktor diatas, terdapat faktor lain yang secara vital menggerakkan
ekonomi China yaitu tenaga kerja (buruh). China terkenal dengan buruhnya yang
murah, dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
penduduk di China yang sangat banyak dan cepat sehingga ketika penduduk
tersebut memasuki usia produktif, mereka kekurangan lapangan pekerjaan.
Permasalahan ini kemudian mendorong pemerintah China untuk mengundang banyak
investor agar membuka produksinya di China. Para investor yang umumnya berasal
dari Eropa, Amerika dan Asia (Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang) tergiur akan
tawaran ini. Bagaimana tidak tergiur, tenaga kerja yang banyak sangat
berpengaruh pada upah yang ditawarkan, sehingga keuntungan dari hasil produksi
bisa lebih banyak daripada belanja (pengeluaran) untuk buruh yaitu upah.
Para buruh yang di gaji sangat murah tersebut telah
menggerakkan ekonomi China ke arah yang lebih baik, tapi perlu disadari bahwa
banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pemerintah China dalam
masalah perburuhan. Kurangnya pengawasan dalam perekrutan ketenagakerjaan
terkadang bisa menjadi sorotan internasional yang bisa mempengaruhi ekspor
China diluar negeri. Seperti kasus pekerja dibawah umur yang terjadi di
perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia yaitu Samsung. Kasus tersebut
menjadi perhatian khusus Organisasi Buruh Internasional (International Labor
Organization) dan meminta pemerintah China menyelidiki kasus tersebut.
Citra China semakin tercoreng dengan peristiwa itu, setelah sebelumnya China
mendapat kecaman atas upah murah di China dibandingkan dengan Negara Asia
lainnya. Parah buruh itu telah berhasil meningkatkan perekonomian China hingga
sekarang ini, bayangkan tanpa para buruh murah tersebut perekonomian China
tidak sebesar sekarang.
Gajih murah bagi buruh di China mungkin sekarang sudah
mulai mengalami kenaikan, dimana upah buruh di China setiap tahunnya mulai
mengalami kenaikan sekitar 20%. Di provinsi Shenzhen misalnya yang merupakan
daerah khusus industri China menaikkan upah sebesar 1500 Yuan atau dua juta
rupiah per bulan pada tahun 2012 lalu. Kenaikan upah buruh tersebut dilatar
belakangi oleh kebijakan pemerintah China dalam hal pengurangan jumlah penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB). Sehingga kemudian akibat kebijakan
program KB, China mengalami defisit tenaga kerja. Hal itu menghambat pada
faktor produksi dan penyerapan tenaga kerja. Dampak dari kenaikan upah buruh
itu mempengaruhi investasi asing. Para investor mengalihkan uang mereka ke
negara-negara dengan upah buruh murah seperti Myanmar, Vietnam, Thailand dan
Bangladesh.
Komentar
Posting Komentar