Al Kisah 2
Pada cerita kedua ini
sebenarnya berkaitan dengan cerita pertama. Di mana terdapat dua orang mantan
tentara kerajaan Oman yang kalah perang dan kemudian melarikan diri ke Eropa. Mereka
berdua —dalam pelariannya—belajar ke sekolah-sekolah Eropa, mereka belajar
tentang sains, ekonomi, politik, filsafat, militer, dan ilmu pengetahuan lainnya. Hingga kemudian
mereka bekerja di pertambangan emas milik kerajaan
Singa.
Kedua tentara Oman
yang lari ke Eropa itu bernama Dani dan Dono, keduanya telah 10 tahun bekerja
di pertambangan emas milik Kerajaan Singa. Beberapa tahun setelahnya, terjadi
pergantian kekuasaan di Kerajaan Singa. Pergantian kekuasaan ini karena raja
sebelumnya, Raja Dinosius wafat dan digantikan oleh puteranya, Raja Albert.
Setelah naik tahta, Raja
Albert menunjuk Dani dan Dono sebagai penasehatnya dalam urusan ekonomi, karena
keduanya dinilai memiliki kemampuan manajerial yang baik. Setelah diangkat
menjadi pensehat raja, Dani dan Dono meminta kepada raja agar mengirim orang
atau intelijen ke kerajaan-kerajaan lain untuk untuk mengamati sumber daya alam
utama mereka. Tujuan dari misi ini tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional Kerajaan Singa. Hal ini karena, sumber pendapatan utama kerajaan
singa dari hasil pertanian semakin berkurang, disebabkan cuaca yang tidak menentu dan
mempengaruhi hasil panen.
Setelah beberapa hari
intelijen kerajaan melakukan pengamatan, mereka membawa laporan untuk
diserahkan kepada Raja Albert. Dari hasil laporan tersebut, terdapat satu kerajaan
yang stabil, baik perekonomian maupun kondisi politiknya. Kerajaan itu adalah
Kerajaan Surya yang dahulu pernah menjadi mitra dagang terpenting Kerajaan
Singa. Dalam laporan itu disebutkan bahwa Kerjaan Surya memiliki sumber daya
alam yang melimpah, termasuk hasil panennya. Mereka bangkit kembali setelah
sebelumnya kalah dalam peperangan. Mendengar hasil laporan itu, Raja Albert pun
kaget tidak menyangka kerajaan yang dahulu porak poranda akibat perang bisa
bangkit kembali dengan cepat.
Dani dan Dono
kemudian meminta agar raja membuka lagi perdagangan dengan kerajaan Surya.
Raja kemudian menyetujui usulan Dani dan Dono, karena kebutuhan
rakyat akan bahan pangan juga semakin meningkat. Pada suatu ketika, Dani tidak sengaja melihat tumpukan biji emas di dalam peti besar milik kerajaan. Emas sebanyak itu didapat dari hasil tambang emas yang tersebar luas di daerah-daerah penguasaan Kerajaan Singa. Karena waktu itu belum ada alat tukar dalam perdagangan, maka emas-emas itu banyak digunakan untuk membuat alat-alat dapur.
Dani kemudian terfikir untuk membuat alat tukar dalam jual
beli dengan emas sebagai alat tukar utamanya. Dani kemudian berbicara kepada
Dono mengenai idenya tersebut, dan Dono pun langsung menyetujuinya. Sebelum membicarakan idenya
itu kepada Raja, mereka berdua menyusun konsep alat tukar dengan menggunakan
emas. Konsepnya tersebut disusun dari awal proses pembuatan emas hingga menjadi
batangan agar mudah dibawa, sampai penggunaan secara luas dalam sistem
perdagangan. Setelah konsepnya tersusun dengan baik, barulah keduanya menyampaikan
idenya tersebut kepada raja. Awalnya Raja Albert menolak idenya mereka, karena
perdagangan internasional waktu itu masih bersifat tukar menukar barang
(barter). Keduanya berhasil membujuk raja setelah mereka mengemukakan berbagai
keuntungan yang akan didapat kerajaan apabila menerapkan sistem pembayaran
dengan menggunakan emas. Salah satunya adalah sebagian besar wilayah Kerajaan
Singa terdapat sumber emas yang bisa diolah sebagai alat pembayaran. Ladang
emas ini sedikit sekali dimiliki kerajaan lain, dan ini menjadi salah satu
keunggulan Kerajaan Singa.
Setelah raja setuju
dengan ide penasehatnya, raja memerintahkan agar di dalam koin emas tersebut tergambar wajah
Raja Albert. Gambar raja dalam koin emas itu sebagai simbol persatuan,
sebagaimana halnya bendera kerajaan. Beberapa hari kemudian Dani dan Dono
membuat sendiri alat untuk mencetak koin emas, berbekal ilmu yang mereka miliki akhirnya alat pencetak koin emas itupun jadi. Setelah alat
pencetaknya jadi, barulah mereka mencetak koin emas yang sebelumnya dipanaskan dahulu
agar mudah dalam proses pencetakannya. Selang beberapa hari, banyak koin emas
yang berhasil dicetak dengan gambar Raja Albert di tengahnya. Raja Albert kemudian
memerintahkan agar rakyat menukar hasil usahanya (baik itu padi,
rempah-rempah, jagung, daging, hasil ternak, dan lain sebagainya) dengan koin
emas. Koin emas yang bergambar Raja Albert tersebut kemudian dijadikan sebagai
alat tukar yang sah dalam sistem pembayaran di Kerajaan Singa.
Setelah sistem
pembayaran menggunakan emas ini berjalan dengan baik, maka untuk lebih
memudahkan dalam proses pembuatan dan distribusinya, dibentuklah lembaga
yang mengurusi itu semua yang disebut BANK DADO. Selain menangani dalam proses
pembuatan dan distribusi koin emas, Bank DADO juga berperan penting dalam
mengatur sistem keuangan kerajaan.
Pembentukan Bank DADO ini kemudian mendorong Dani dan Dono untuk menyebarluaskan sistem pembayaran dengan menggunakan emas. Tidak hanya di lingkup Kerajaan Singa saja, melainkan bisa diterapkan dalam sistem perdagangan antar kerajaan. Karena usaha ini nantinya akan melibatkan kerajaan, maka Dani dan Dono menyampaikan idenya ini kepada Raja Albert. Raja kemudian tidak setuju dan ingin sistem ini hanya diterapkan dalam lingkup kerajaan.
Pembentukan Bank DADO ini kemudian mendorong Dani dan Dono untuk menyebarluaskan sistem pembayaran dengan menggunakan emas. Tidak hanya di lingkup Kerajaan Singa saja, melainkan bisa diterapkan dalam sistem perdagangan antar kerajaan. Karena usaha ini nantinya akan melibatkan kerajaan, maka Dani dan Dono menyampaikan idenya ini kepada Raja Albert. Raja kemudian tidak setuju dan ingin sistem ini hanya diterapkan dalam lingkup kerajaan.
Dani dan Dono
kemudian tidak kehabisan akal dan keduanya melakukan kunjungan rahasia ke Kerajaan
Surya dan langsung bertemu dengan Raja Surya yaitu Raja Sambas. Raja Sambas
adalah penerus dari raja sebelumnya yaitu Raja Surya yang wafat akibat
terserang wabah penyakit. Setelah bertemu dengan Raja Sambas, Dani dan Dono
menyampaikan maksud dan tujuannya mengunjungi Kerajaan Surya. Ia menyampaikan
idenya untuk mengganti sistem pembayaran dalam jual beli, yang sebelumnya
menggunakan sistem tukar menukar barang dengan barang (barter) ke sistem mata
uang dengan emas sebagai alat pembayaran utamanya.
Tampaknya ide Dani dan
Dono itu cukup berat bagi Raja Sambas, dan setelah berdiskusi dengan
penasehat-penasehatnya ia memutuskan untuk menolak ide keduanya. Alasannya adalah
karena simpanan emas milik kerajaan tidak terlalu banyak, sebagian besar
digunakan untuk pembuatan aksesoris sebagai barang hadiah kerajaan.
Tidak
berhenti sampai disitu, Dani dan Dono kemudian mencari kerajaan lain di Wilayah Asia dan menemukan
sebuah kerajaan yang besar, dan kaya akan tambang emasnya, kerajaan ini disebut kerajaan Azhariyyah dengan Rajanya bernama Raja Azhari. Setelah beberapa hari
berada di Azhariyyah, Dani dan Dono mencari tahu kelemahan dari kerajaan ini.
Ternyata setelah diselidiki, rakyat yang tinggal di Kerajaan Azhariyyah ini
tidak mengenali rajanya. Mereka hanya tahu nama rajanya, tetapi tidak tahu
wajahnya. Karena Raja Azhari dikenal sebagai raja yang tidak pernah mengunjungi
rakyatnya, sekalipun iring-iringan kerajaan lewat hanya terlihat kereta kudanya
saja. Luasnya wilayah kekuasaannya
juga menjadi salah satu penyebab rakyat tidak mengenali rajanya. Benteng kerajaan
hanya mengitari seisi kota yang di dalamnya terdapat Istana Raja dan pasar,
sebagai pusat ekonomi. Sedangkan sebagian besar penduduk kerajaan tinggal jauh
dari pusat kota dan kerajaan. Penduduknya yang jauh tinggal di dataran rendah
yang diapit oleh pegunungan khas Asia.
Melihat kelemahan
inilah ide Dani dan Dono muncul, mereka mencoba menerapkan sistem mata uang
dari koin emas bergambar raja yang sebelumnya digunakan di Kerajaan Singa. Suatu
hari mereka melewati gerbang istana dan ingin bertemu dengan raja menyampaikan
idenya ini. Setelah beberapa jam menunggu, Raja Azhari keluar dari kamarnya
menuju singgasananya dengan pengawalan yang ketat. Setelah mereka bertemu dan
bercakap dengan raja, Dani dan Dono menyampaikan idenya kepada raja untuk
membuat mata uang terbuat dari emas dengan gambar Raja Azhari di tengahnya.
Karena mata uang jenis emas
sebelumnya telah diterapkan di kerajaan Singa, kemudian Dani dan Dono mengganti
jenis mata uang yang akan digunakan kerajaan Azhariyyah dengan perunggu, di
mana perbandingan 1 gram emas sama dengan 100 gram perunggu. Kerajaan Azhariyyah
kemudian mengirim cadangan emas yang mereka miliki ke Kerajaan Singa untuk ditukar dengan
perunggu.
Setelah misinya berhasil, Dani
dan Dado kemudian kembali ke Kerajaan Singa bersamaan dengan emas dari Kerajaan
Azhariyyah untuk kemudian ditukar dengan perunggu. Raja Albert kemudian
menanyakan rencana ini ke Dani dan Dado, kemudian dengan sangat hati-hati
keduanya menjelaskan kepada Raja Albert yang penasaran. Mendengar penjelasan
keduanya, Raja Albert mengerti maksud dari rencana tersebut. Setelah itu, perunggupun dicetak
di Bank Dado dengan gambar Raja Azhari ditengahnya. Kemudian mengirimkannya ke
Kerajaan Azhariyyah menggunakan kereta kuda yang membawa peti berisikan
perunggu. Perjalanan pengiriman yang menempuh jarak yang jauh membuat Raja
Albert khawatir akan keamanan perunggu tersebut. Kemudian Raja Albert
memerintahkan prajurit terbaiknya untuk mengawal perunggu tersebut hingga
sampai ke Kerajaan Azhariyyah.
Setelah perunggu itu sampai dan
diterima langsung oleh Raja Azhari, ia kemudian memerintahkan rakyatnya untuk
membawa perunggu dengan menukar sejumlah barang hasil usaha mereka. Beberapa tahun
kemudian, perunggu dijadikan sebagai alat tukar resmi dalam perdagangan di Kerajaan
Azhariyyah. Semakin luas penggunaan
perunggu juga tidak hanya digunakan di dalam Kerajaan Azhariyyah melainkan juga
digunakan dalam perdagangan antar kerajaan. Karena yang berperan penting dalam
mencetak perunggu adalah Bank Dodol, kemudian Bank Dodol membuat aturan main
yang mengharuskan adanya nilai tukar mata uang.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Cerita Di Atas?
Dari cerita diatas
kita dapat mengambil pelajaran tentang. Pertama, ditemukannya alat
tukar menukar yang sah yang diatur oleh pemerintah (kerajaan). Sebelum
ditemukannya alat tukar (mata uang), masyarakat menggunakan barter sebagai alat
jual beli mereka. Sistem barter ini memiliki kekurangan seperti masalah
pembagiannya yang tidak sebanding barang yang satu dengan barang yang lainnya.
Misalnya satu karung beras ditukar dengan satu ekor Sapi atau Kerbau. Kedua,
ditetapkannya standar emas yang kemudian menjadi acuan harga dan nilai tukar
mata uang tiap negara (kerajaan) hingga sekarang ini. Ketiga,
adanya bank yang mencetak dan mengatur perputaran uang secara
keseluruhan.
Komentar
Posting Komentar